Rumah Batu Olak Kemang: Jejak Sejarah Islam dan Kesultanan Jambi di Tepian Batanghari

    
    
Rumah Batu Olak Kemang: Jejak Sejarah Islam dan Kesultanan Jambi di Tepian Batanghari
Admin Wonder Nusantara | 23 Jun 2025, 02:45 | 1 | 0

Wonder Nusantara, Jambi, di tepian Sungai Batanghari, tepatnya di Desa Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Kota Jambi, berdiri sebuah bangunan tua yang menyimpan kisah panjang perkembangan Islam dan jejak berdirinya Kesultanan Jambi. Bangunan ini dikenal sebagai Rumah Batu, sebuah situs bersejarah yang kini telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah setempat dan menjadi simbol kebanggaan masyarakat Jambi.

Desa Olak Kemang terletak di bagian utara Kota Jambi, hanya dipisahkan oleh aliran Sungai Batanghari dari pusat kota. Untuk mencapai desa ini, pengunjung hanya perlu menyeberangi sungai yang menjadi urat nadi transportasi dan perdagangan sejak masa lampau. Wilayah ini dikenal sebagai Kota Seberang, kawasan yang sarat dengan pengaruh budaya Islam dan menjadi tempat penting dalam proses Islamisasi di tanah Jambi.

Rumah Batu: Arsitektur dan Asal Usul

Rumah Batu dibangun pada abad ke-18 oleh Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri, seorang tokoh penyebar agama Islam yang berasal dari keturunan Arab Hadhramaut. Ia juga dikenal dengan gelar Pangeran Wiro Kusumo, tokoh penting yang memiliki peran besar dalam mengokohkan ajaran Islam di wilayah ini. Rumah ini dinamakan "Rumah Batu" karena saat didirikan, bangunan ini merupakan rumah pertama yang menggunakan batu sebagai bahan utama konstruksinya di kawasan Kota Seberang.

Berbeda dari rumah-rumah tradisional Jambi lainnya yang umumnya berbahan dasar kayu dan berdiri di atas tiang (rumah panggung), Rumah Batu dibangun kokoh dan permanen dengan struktur tembok dari batu bata. Hal ini mencerminkan status sosial penghuninya serta pengaruh arsitektur Timur Tengah yang dibawa oleh Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri.

Simbol Kejayaan dan Perkembangan Islam di Jambi

Lebih dari sekadar tempat tinggal, Rumah Batu menjadi simbol penyebaran agama Islam dan pusat kegiatan keagamaan pada masa itu. Lokasinya yang berada di jalur strategis perdagangan di Sungai Batanghari menjadikan kawasan ini sebagai titik temu para ulama, saudagar, dan masyarakat dari berbagai penjuru Sumatra hingga Semenanjung Melayu.

Tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga bangsawan atau ulama, rumah ini juga menjadi tempat musyawarah, pembelajaran agama, hingga pusat diplomasi Kesultanan Jambi. Oleh sebab itu, Rumah Batu kini menjadi situs penting yang merekam jejak berdirinya Kesultanan Jambi dan proses akulturasi budaya lokal dengan Islam.

Rumah Batu sebagai Cagar Budaya

Saat ini, Rumah Batu telah diakui sebagai situs cagar budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi. Bangunan ini menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang sejarah, budaya, dan religi di Jambi. Selain dilestarikan secara fisik, keberadaan Rumah Batu juga terus dijaga sebagai sumber edukasi sejarah bagi generasi muda dan pengunjung dari luar daerah.

Pengunjung yang datang ke Desa Olak Kemang dapat menyaksikan langsung keunikan arsitektur Rumah Batu serta menyelami narasi panjang yang terkandung dalam setiap sudut bangunannya. Tidak hanya itu, kawasan ini juga menawarkan pengalaman wisata sejarah dan religi yang autentik di tepian Sungai Batanghari.

Rumah Batu di Olak Kemang bukan hanya peninggalan fisik, tapi juga penanda perjalanan budaya, peradaban, dan spiritualitas masyarakat Jambi. Ia adalah warisan yang tak ternilai, yang mencerminkan identitas Islam Nusantara dan peran sentral Jambi dalam sejarah penyebaran agama Islam di Pulau Sumatra.