Berawal dari hobi merawat tanaman di pekarangan rumah, warga Desa Karang perlahan mengembangkan budidaya tanaman hias menjadi sektor ekonomi baru. Jenis-jenis tanaman seperti Aglonema merah, Philodendron variegata, hingga Monstera obliqua—yang dikenal langka dan eksotis—menjadi andalan.
“Dulu hanya tanam untuk hiasan rumah. Sekarang bisa kirim sampai ke Jakarta, Bali, bahkan ada yang ekspor ke Malaysia dan Singapura,” ujar Bu Tatik, salah satu petani tanaman hias yang koleksi Aglonemanya pernah laku hingga Rp25 juta per pot.
Tanaman dari Desa Karang terkenal bukan hanya karena jenisnya yang langka, tetapi juga karena perawatan dan teknik pemeliharaan yang sangat telaten. Warga mengembangkan budidaya berbasis organik, dengan memanfaatkan udara sejuk Karangpandan yang ideal untuk pertumbuhan daun-daun cantik dan sehat.
“Perawatan itu kunci. Di sini kami rawat seperti anak sendiri. Ada yang daunnya kami lap tiap hari,” kata Pak Teguh, petani Philodendron yang rutin mengikuti pameran tanaman di Solo dan Semarang.
Kini, komunitas pecinta tanaman hias di Desa Karang mulai merancang kawasan wisata edukasi tanaman hias, lengkap dengan galeri, pelatihan perawatan, dan spot foto Instagramable. Pemerintah desa dan Karang Taruna setempat turut mendukung, menyadari potensi besar dari tren urban farming dan green living yang sedang naik daun.
“Orang datang bukan cuma beli tanaman, tapi belajar, foto-foto, dan kadang prewedding di kebun,” ungkap Sari, pengelola rumah tanaman ‘Karang Flora’.
Tanaman dari Desa Karang bisa dihargai jutaan hingga puluhan juta rupiah karena beberapa faktor: keunikan varian, perawatan jangka panjang, dan tingkat kelangkaan. Apalagi jika tanaman tersebut punya mutasi warna atau bentuk yang tidak umum.
Tak heran jika pembeli dari kalangan kolektor, influencer tanaman, hingga selebritas ikut antre memesan.
Meski sudah dikenal luas, warga Desa Karang tetap menjunjung tinggi nilai lokal. Tradisi gotong royong dan semangat kebersamaan jadi kekuatan utama desa ini dalam menjaga kualitas sekaligus keberlanjutan usaha tanaman hias.
“Tanaman ini bukan cuma soal untung. Ini warisan desa kami,” tutup Bu Tatik sambil tersenyum, di antara deretan Aglonema yang siap dikirim ke pelanggan setia di Bali.
Wonder Nusantara
Potret pesona lokal Indonesia yang mendunia