MESIN JAHIT BENDERA MERAH PUTIH DAN MARWAN, PENJAGA RUMAH FATMAWATI

    
    
MESIN JAHIT BENDERA MERAH PUTIH DAN MARWAN, PENJAGA RUMAH FATMAWATI
Admin Wonder Nusantara | 02 Jul 2025, 22:00 | 1 | 0


Di balik kibaran Sang Saka Merah Putih setiap 17 Agustus, tersimpan kisah penuh sejarah dan ketulusan. Salah satu peninggalan paling bersejarah dari masa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah mesin jahit sederhana milik Fatmawati Soekarno, istri Presiden pertama RI, yang digunakan untuk menjahit bendera Merah Putih pertama.

Mesin jahit tersebut kini tersimpan rapi di Rumah Fatmawati, Bengkulu—rumah masa muda Fatmawati sebelum menjadi ibu negara. Di rumah sederhana yang telah menjadi situs sejarah itu, hidup seorang pria bernama Marwan, yang dengan setia menjaga dan merawat rumah serta peninggalan bersejarah di dalamnya.

Mesin Jahit, Simbol Perjuangan Sunyi

Mesin jahit buatan tangan Jerman itu bukan hanya sebuah benda tua. Ia adalah saksi bisu dari perjuangan sebuah bangsa yang hendak merdeka. Pada malam sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945, Fatmawati menjahit bendera Merah Putih itu dengan tangan sendiri. Walau sedang hamil besar, ia menjahit bendera sepanjang dua meter lebih tanpa bantuan teknologi canggih. Suara mesin jahit yang berderik di tengah malam Jakarta itu kini hidup dalam ingatan bangsa, setiap kali bendera Merah Putih dikibarkan di Istana Merdeka.

Marwan, Penjaga Sejarah yang Sepi

Marwan bukanlah tokoh besar dalam buku sejarah. Namun, dalam diam dan kesetiaannya, ia telah menjadi bagian penting dari warisan bangsa. Sudah belasan tahun ia menjaga Rumah Fatmawati—membersihkan, menerima tamu, dan menceritakan kisah masa lalu kepada siapa pun yang datang.

“Saya cuma ingin sejarah ini tetap hidup,” kata Marwan suatu ketika. Ia menganggap tugasnya sebagai penjaga bukan sekadar pekerjaan, tapi pengabdian pada sejarah bangsa. Ia hafal tiap sudut rumah, tiap foto di dinding, dan tentu saja, kisah tentang mesin jahit bersejarah itu.

Marwan tidak pernah bertemu langsung dengan Fatmawati. Namun, semangat perjuangan sang ibu negara seakan hidup di dalam rumah itu. Ia sering bercerita pada pengunjung, terutama anak-anak sekolah, tentang bagaimana bendera dijahit dengan semangat kemerdekaan. Ia berharap generasi muda tidak melupakan asal-usul kemerdekaan yang kini mereka nikmati.

Rumah Fatmawati, Situs yang Perlu Dijaga

Sayangnya, Rumah Fatmawati di Bengkulu masih belum sepenuhnya mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Meski sudah menjadi cagar budaya, perawatan dan pemeliharaan masih banyak bergantung pada inisiatif pribadi, termasuk dedikasi Marwan.

Mesin jahit yang sudah berusia puluhan tahun itu masih kokoh berdiri di sudut rumah. Diletakkan di atas meja kayu tua, ia dikelilingi aura sakral sejarah. Beberapa pengunjung bahkan tak kuasa menahan haru saat melihatnya, membayangkan seorang ibu muda menjahit harapan bangsa dengan penuh cinta dan keberanian.

Mesin jahit Fatmawati dan Marwan hanyalah dua tokoh dalam cerita besar kemerdekaan Indonesia. Namun dari keduanya kita belajar, bahwa sejarah tak hanya dibentuk oleh para pemimpin dan pahlawan di garis depan. Ia juga dirawat oleh tangan-tangan sunyi, oleh orang-orang seperti Marwan yang memilih untuk menjaga warisan bangsa agar tak hilang dimakan waktu.

Semoga bangsa ini tak pernah lupa dari mana Merah Putih berasal.

Ingin telusuri lebih? Klik disini