Antara Tradisi dan Teknologi: Mangkunegaran Natyapura Jadi Ruang Dialog Budaya dan Digital

    
    
Antara Tradisi dan Teknologi: Mangkunegaran Natyapura Jadi Ruang Dialog Budaya dan Digital
Admin Wonder Nusantara | 05 Oct 2025, 10:49 | 0


(Video : Heru/Gembeng Raso/WN)

SOLO — Di bawah cahaya lembut Dalem Prangwedanan, Sabtu (4/10/2025) malam, istana Mangkunegaran kembali memantulkan pesonanya. Pagelaran Mangkunegaran Natyapura tidak sekadar menyuguhkan kemegahan budaya, namun juga menjadi ruang refleksi tentang masa depan anak-anak Indonesia di era digital

Acara yang digelar hasil kolaborasi Pura Mangkunegaran dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) ini menghadirkan harmoni antara seni, nilai, dan pesan sosial. Tari klasik, klenengan gamelan, hingga wayang dari Kawedanan Panti Budaya berpadu dengan dialog kebangsaan yang membahas perlindungan anak di dunia maya.

Tak ketinggalan, deretan jajanan khas Mangkunegaran dari Abdi Dalem menambah hangat suasana malam budaya itu.


Mangkunegaran: Menyulam Tradisi, Menanam Nilai

Dalam sambutannya, KGPAA Mangkunegara X (MN X) menyampaikan bahwa Pura Mangkunegaran adalah rumah budaya yang terus terbuka bagi kolaborasi lintas zaman.
“Nilai-nilai luhur seperti kebijaksanaan dan kebersamaan adalah bekal bagi anak-anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan berkarakter,” tutur beliau.

Bagi Mangkunegaran, kebudayaan bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan pijakan moral dan spiritual bagi generasi masa depan.


Komdigi: Tradisi dan Teknologi Harus Berjalan Bersama

Menteri Komdigi Meutya Hafid hadir memberikan perspektif yang menautkan dunia digital dengan akar budaya bangsa. Ia menegaskan bahwa digitalisasi tanpa fondasi nilai justru akan menimbulkan lebih banyak mudarat.

“Pak Presiden Prabowo sangat konsen dengan kesehatan anak-anak, bukan hanya fisik tapi juga mental. Selain program Makan Bergizi Gratis, pemerintah kini memberlakukan pembatasan usia anak untuk mengakses media sosial,” ujarnya.

Indonesia kini menjadi negara kedua di dunia yang memiliki regulasi batas usia anak dalam penggunaan media sosial — langkah yang disebut Meutya sebagai bentuk cinta negara terhadap generasi mudanya.


Gotong Royong Melindungi Anak Digital

Dalam dialognya, Meutya Hafid mengajak masyarakat untuk bergotong royong melindungi anak-anak dari paparan dunia maya yang tidak ramah: dari judi online, perundungan, hingga konten berbahaya.

Namun, ia menegaskan bahwa perlindungan terbaik dimulai dari rumah.
“Kalau anak-anaknya memakai HP, Bapak Ibu tolong diawasi dari belakang, dari tengah, dan juga dari depan,” pesannya dengan lembut, mengutip filosofi Jawa Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.

Ia juga menyerukan kepada platform digital seperti Instagram dan TikTok untuk lebih aktif mendeteksi akun anak-anak yang berpura-pura dewasa.


Budaya Menjaga, Teknologi Membina

Pagelaran Mangkunegaran Natyapura menutup malam dengan lantunan gamelan dan tepuk tangan panjang penonton.
Dari balik harmoni nada dan tarian, pesan moral pun menggema:
bahwa budaya adalah akar yang menjaga, sementara teknologi adalah sayap yang membina.

Melalui sinergi antara Mangkunegaran dan Komdigi, Indonesia menunjukkan bahwa kemajuan digital sejati bukan tentang meninggalkan tradisi, tetapi justru menghidupkan nilai-nilai luhur di ruang digital. (Heru W/WN)


Wonder Nusantara
Menyalakan Cahaya Budaya, Menjaga Jiwa Nusantara

Ingin telusuri lebih? Klik disini